Selasa, 04 September 2012

Ambisi, Tradisi & Revolusi (Karya: Agus Cahmars)

"When you walk through a storm...
Hold your head up high...
And don't be afraid of the dark...
At the end of the storm...
There's a golden sky...
And the sweet silver song of a lark..."

Sebuah coretan kecil nampak jelas tertulis di halaman depan sebuah surat kabar yang aku baca pagi ini, Sepenggal Bait dari sebuah lagu legendaris "Gerry and The Pacemaker", dengan font  Arial Black dan Underline yang sangat jelas menggambarkan ranumya hati si empunya Anfield, sebuah tim penuh sejarah, drama, air mata dan intrik di dalamya.. "Liverpoolmu kalah lagi kawan", tiba-tiba terdengar sebuah celoteh dari sengau suara yang nampaknya tak asing di telingaku.. Benar saja,sepatah sindiran dari tetanggaku di luar rumah yang notabenya fans dari rival abadi Merseyside Merah, dengan agak gusar dan sedikit menghela nafas aku menjawab "Biar saja,Semua butuh proses,semua butuh waktu" Sebuah jawaban simple yang mungkin bisa saja menggambarkan betapa belum siapnya tim (Baru) penuh lencana untuk mengarungi Musim ini  (2011/12).

Benar saja.. sebuah Invetasi besar hanya mampu melabuhkan kapal Mersey Merah di peringakat 8  dan hanya mendekap semata wayang Trophy, Agak ironis memang. betapa tidak, hampir seDekade
kebelakang kita sering tertatih, dan seringnya kita melihat Icon club murung, meski Putra daerah itu sering menutupinya dengan Celotehan semangat..


"Sebenarnya apa yang mereka butuhkan ??" Sebuah pertanyaan besar yang menghinggapi benak
semau Fans, Apakah kita harus bertanya kepada Bill Shankly atau mendengar bisikan Bob Paisley untuk merubah peruntungan, Simbol supermasi sepakbola Inggris agaknya belum mau lagi singgah di Anfield, belum mau berjabat dengan sang kapten, Graeme Souness, Roy Evans, Gerard Houllier seakan tak mampu menjawab asa, mungkin hanya tenggakan kecil dari sebuah "Kontes" Rafael Benitez pada 2005 sedikit membasuh kerontang, tapi tetap saja sang buruan belum mampu terbidik, apa berikutnya ?? belum lagi ada kata "Won" untuk penerus estafet, Roy Hodgson. atau hanya secuil "kenangan manis" dari Kenny Dalglish di akhir 90an untuk musim  terakhirnya.


"Siapa selanjutnya ??" seorang "captaen" atau sebutan Nahkoda baru dari Carnlough, sebuah desa kecil di Irlandia Utara, seorang jenius mantan bek Ballymena United & Reading di era bertepatan dengan berakhirnya musim-musim manis Liverpool. seorang pelatih yang dianggap mampu menyihir dunia dengan sulap kecil di sebuah tim perantau dari Wales, Swansea City. Sempat menimba ilmu di London Barat, Chelsea, Éireannaigh (Dia) mampu mengaplikasikanya di Liberty Stadium, dan sempat membuat decak kagum publik dengan permainan atraktif "Tiki-Taka" kecil Barcelona, atau hampir mirip dengan "Total Football" Belanda era 1974 dimana memungkinkan semua pemain bertukar posisi (Permutasi posisi) secara konstan sambil menekan pemain lawan yang menguasai bola.


Dan pertanyaan besar terakhir adalah, "Apakah taktik ini akan berjalan di Liverpool ??" jawabanya belum bisa kita ketahui sepenuhnya, masih ada beberapa nama yang diburu untuk melengkapi kepingan Puzzle yang ada untuk membuat sebuah kerangka yang dimaksut, tapi menilik sejarah yang ada Liverpool pernah bermain dengan spesifikasi hampir sama dengan apa yang Rodgers kenalkan, ketika era kejayaan si Merah bersama beberapa awak macam Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny Dalglish dan Ian Rush. So, apakah Steven Gerrard dan kolega dapat menampilkanya kembali dan membuat Liverpool di segani lagi ?? Hanya satu yang pasti, menambah ukiran sejarah demi merubah alibi bahwa "We Won It Five Times" bukan hanya menjadi sebuah Tameng terakhir kita.

"Hingga akhirnya aku beranjak dari pakuanku, ku letakan Surat kabar di dekapan dan percaya,  Liverpudlian adalah sebuah pilihan, bukan paksaan" @Cahmars_lfc

Karya: Agus Cahmars
peserta Sayembara SBL 04
juara 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar