to all of Liverpool Fanatic Community called Liverpudlian
Tak kenal maka tak sayang; maka dari itu izinkan saya untuk memperkenalkan diri terlebih dulu; ya harapannya sih nanti di sayang seluruh warga SBL (^__^)
Nama : Fransiskus Xaverius Steven Danis
TTL : Jakarta, 17 September 1995
Sedikit intro mengenai sejak kapan dan bagaimana saya mengenal, jatuh cinta, dan akhirnya “berpacaran” dengan Liverpool Football Club dan setia hingga sekarang..
Faktanya, Liverpool Football Club bukanlah klub pertama yang saya suka ! Dan, Ayah saya adalah seorang Manchunian . . . . . . Nah pasti kaget kan dengan testimony saya tersebut; namun bagaimana saya bisa mencintai Liverpool Football Club?
Ketika seorang kakak kelas memberikan saya poster Steven Gerrard, saya langsung suka dengan Liverpool dan saya ingat betul laga pertama yang saya tonton tak lain dan tak bukan adalah Final UEFA Champions League 2005 di Istanbul, Turki tentunya di televisi -,- bersama ayah saya..
“Seusai pertandingan itu; seorang Manchunian berkata kepada saya – Liverpool adalah musuh yang paling saya takuti!” Dan sejak itu saya menahbiskan diri sebagai seorang Liverpudlian; oohh iya.. FYI nih, klub pertama yang saya suka adalah Chartlon Athletic, dan itu waktu pertama kali saya nonton sepakbola di televisi.
Kini bagi saya, Liverpool Football Club bukanlah sekedar klub sepakbola, setelah suka dengan LFC saya akhirnya benar-benar “jatuh cinta” dengan sepakbola dan Liverpool Football Club, dan Puji Tuhan bisa setia sampai sekarang.. Ya! Judul diatas nampak memberikan jawaban lain diluar sepakbola.
Love. Fraternity. Charity
Saya 100% mencintai LFC secara originalitas dan kesadaran diri.. Bukan karbitan! Apalagi Glory Hunter belaka! Hehehehe..
LFC mengajarkan saya sebuah kekeluargaan yang erat; mereka secara tak langsung menunjukkan betapa eratnya Liverpudlian bukan sebagai fans mereka, tapi benar – benar sebagai bagian dari Liverpool Football Club. Kata “fraternity” atau Kekeluargaan ini, khususnya saya soroti ketika musim lalu.. Peringkat kedelapan memang yang terburuk di era Premier League! Tapi ajaib, tak ada satupun Liverpudlian yang “berpindah hati” bahkan justru terkesan kekeuh membela Liverpool walau sedang terpuruk.. FYI : Di sekolah saya, saya adalah satu-satunya murid di sekolah (bersama seorang guru) yang membela Liverpool, dan ini serius tidak bohong! Kami selalu diejek tiap kali hasil minor diterima The Reds, namun – YOU’LL NEVER WALK ALONE – kami tak pernah sedikitpun mengindahkan ejekan mereka, tetap kalem dan stay cool aja ^^
Selain itu, Liverpool juga tak jarang mengemban misi kemanusiaan dan saya pikir inilah yang membuat saya setia! Mereka tak hanya mengajarkan tentang sepakbola, tapi mereka (bersama sponsor) mengajak kita peduli pada sesame contohnya kampanye “Seeing is Believeing” yang sehari menjadi sponsor Steven Gerrard dkk. “menggantikan” Standard Chartered untuk membantu kebutaan anak-anak di dunia. LFC juga respek terhadap banyak peristiwa, Heysel dan Hillsborough adalah yang terbaik! Justice fo 96 adalah langkah baik untuk memperbaiki Hak Asasi.. (Bayangkan, tragedy itu bukan hanya soal sepakbola semata, tapi memang benar adanya bahwa pihak Kerajaan Inggris belum menuntut tuntas kasus itu)
Ya itulah semua.. Dan bagi saya yang terpenting sekarang Harapan melihat Liverpool kembali jaya di tanah sendiri dan di Eropa! Amin
Menilik skuad yang ada tahun ini (dan mengingat batas transfer pada 31 Agustus mendatang) saya sedikit realistis kita bisa kembali ke zona Liga Champions walau harus lewat kualifikasi.. Namun untuk menjuarai Liga Primer Inggris masih jauh dari kata sanggup. Realistis saja, taktik Brendan Rodgers dengan 4 – 3 – 3 belum cukup baik!
5 Last Fixtures of Liverpool :
Sesungguhnya, kita belum menemui ritme yang pas dalam “era baru” dibawah gaffer Brendan Rodgers yang terbilang muda dan minim pengalaman. Selain itu mengubah kembali gaya bermain “Pass and Move” ala Shankly atau Paisley memang butuh waktu lama, karena pemain-pemain Liverpool sudah terbiasa dengan Rafalution ataupun gaya bermain yang tidak lebih konvensional ke-Inggris-an. Berikut skuad Liverpool yang terbaik menurut saya (setahu saya hanya ada 25 pemain yang didaftarkan ke FA, untuk pemain-pemain dibawah 20 tahun bebas dimasukkan ke dalam team)
Kiper : Jose Manuel Reina dan Brad Jones
Faktanya, dari ketiga kiper yang dimiliki; usianya kini sudah tak muda.. Ada beberapa pelapis seperti Martin Hansen dan Peter Gulasci yang juga bagus di Pre-Season, namun melihat ketangguhan Reina di baawah mistar menjadikannya tetap nomor satu. Agak disayangkan memang, kiper sekelas Brad Jones dibangku cadangkan. Bahkan keinginan saya adalah Brad Jones diberikan jam terbang lebih (Brendan bisa menerapkan system buka-tutup; untuk melawan tim-tim kelas wahid kita pakai Reina, dan untuk tim-tim kelas bawah kita pakai Brad Jones dibawah mistar) Untuk Doni, jujur saya kurang suka kiper yang satu ini.
Penilaian saya untuk Kiper adalah : 7/10
Bek Kanan : Glen Johnson dan Martin Kelly
Bek Kiri : Jose Enrique dan Jack Robinson
Saya kira mereka berempat kualitasnya tak bisa diragukan (kecuali Jack “Robbo” Robinson yang masih minim pengalaman) Bahkan untuk seterusnya, di reserve kita punya banyak pemain yang menjanjikan macam Jhon Flanagan dan Jordan Ibe ataupun Stephen Sama. Tapi tak diragukan bahwa posisi Glenjo dan Jose Enrique adalah dua wingback regular yang akan dipakai musim ini. Sistem buka-tutup pun bisa dipakai Brendan, jika melihat padatnya jadwal hingga gangguan badai cidera.
Penilaian saya untuk Bek Kanan dan Bek Kiri : 10/10
Bek Tengah : Daniel Agger, Sebastian Coates, Jamie Carragher, dan Martin Skrtel
Duet Agger-Skrtel pasti pas di lini central pertahanan. Melihat kekompokan dua pria bertatto ini yang membuat gawang Reina di musim lalu nampak susah ditembus lawan. Mereka berdua kompak dan memiliki kelebihan dalam menjangkau bola-bola udara. Minusnya, “Carragold” yang performanya menurun dimakan usia sudah bisa digantikan perannya oleh bek muda, Sebastian Coates. Namun untuk pengalaman memang duet Agger-Carragher atau Carragher-Skrtel dirasa pas menjalani kompetisi yang panjang, apalagi pilihan kedua lebih realistis melihat Daniel Agger kerap dirundung cidera. Kata salut untuk Carragher yang setia "memimpin" anak-anak muda di barisan sentral pertahanan menjadi seperti dirinya atau bahkan lebih tangguh darinya untuk Liverpool di kemudian hari..
Penilaian saya untuk Bek Tengah : 9/10
Sayap Kanan : Joe Cole dan Jordan Henderson
Sayap Kiri : Stewart Downing dan Oussama Assaidi
Walau mereka berempat dapat bertukar posisi sepanjang pertandingan, ini adalah posisi pas yang saya pakai di salah satu perangkat game. Dua nama “English Man” yang disebutkan diawal lebih memiliki kans yang baik di tim utama mereka memiliki tiga hal yang diperlukan bila bermain “Pass and Move” yakni Kecepatan, Pengalaman, serta Visi bermain yang jelas. Sementara kedua pemain pelapis memang menjadi kartu truff disaat-saat genting atau ketika pemain lainnya cidera, apalagi Joe Cole yang kerap cidera. Awalnya saya kurang setuju ketika Jordan Henderson dimainkan di posisi sayap, karena awalnya di Sunderland dan di tim nasional, Ia adalah seorang playmaker. Ya! Kapten timnas Inggris U-21 ini memang sebenarnya lebih cocok dijadikan “The Next Gerrard” untuk 3 – 4 tahun kedepan. Entah karena terlalu penuhnya lini tengah, sehingga Ia “dipaksa minggir” ke sisi sayap oleh Kenny Dalglish
Penilaian saya untuk Sayap Kanan dan Sayap Kiri : 6.5/10
Pemain Tengah : Steven Gerrard, Lucas, Joe Allen, Jay Spearing
Kemana Jonjo Shelvey dan Charlie Adam ? Secara fisik mereka memang ada di tim, namun saya pribadi kurang puas dengan kinerja mereka. Empat orang dirasa cukup untuk menjalani musim yang keras; namun kans mereka untuk masuk sebagai “ban serep” jelas terlihat bila ada salah satu dari empat nama regular itu cidera, dan nama yang saya masukkan adalah Jonjo Shelvey.. (nggak tau, kurang srek aja sama Adam, kasusnya sama seperti ketidaksukaan saya pada Doni) Hmmmm, dua pemain bertipe attacking dan playmaker yakni Steven Gerrard dan Joe Allen justru membuat lini tengah Liverpool adalah nyawa sesungguhnya! Apalagi, Captain Fantastic yang tak perlu diragukan lagi kapabilitasnya. Namun untuk defensive midfielder, Lucas dan Jay Spearing masih menyetuh kata cukup untuk mendampingi SG8 ataupun “The Welsh Iniesta”, Joe Allen. Saya yakin keempatnya memiliki karakter yang bisa saling membangun; tak peduli harus bermain 4 – 3 – 3 atau 4 – 2 – 2, Gerrard bisa digeser ke kanan, ataupun Allen ke kiri (hal yang saya lakukan di perangkat game) sehingga Lucas ataupun Jay Spearing dapat focus penuh di tengah.
Penilain saya untuk Pemain Tengah : 10/10
Lini Depan : Luis Suarez, Andy Carroll, Daniel Pacheco, Fabio Borini
“They are, enough!” itulah kata yang bisa saya ucapkan kepada mereka berempat dalam skuad Liverpool Football Club saat ini. Sorotan khusus pada Andy Carroll dan Daniel Pacheco tentu diberikan ketika mereka ingin menghapus keraguan publik Anfield terhadap mereka.. Pacheco yang “dibuang” lantaran kalah bersaing dengan Spaniard lain – Fernando Torres – mampu dibuktikan di Rayo Vallecano. Hal sama juga dibuktikan “Bang Gondrong” bersama timnas Inggris. Memang eks bintang Newcastle ini membuat gempar media ketika dengan “tangan kosong” member kontribusi berbeda di Liverpool. Saya rasa Dia masih canggung. Kredit tersendiri disematkan pada “El Pistolero” bilamana mengisi posisi di lini depan, dia bisa bermain disisi manapun tak peduli bermain dengan skema 4 – 3 – 3 ataupun 4 – 4 – 2. Bahkan sebagai striker bayanganpun Dia berfungsi baik, di posisi 4 – 4 – 1 – 1 ataupun 4 – 3 – 1 – 2. Fabio Borini juga sama dengan Suarez. Formasi yang sering saya gunakan di sebuah perangkat game adalah Suarez di kiri dan Borini di kanan, Pacheco dapat di posisi keduanya; sedangkan Andy Carroll digunakan sebagai finisher ditengah. Dengan badan tingginya, Ia bisa sebagai penyelesain umpan bola udara maupun pelontar umpan udara kepada dua winger yang akan menusuk ke dalam.
Penilaian saya terhadap Lini Depan : 9/10
Demikian posting dari saya; sekali lagi saya hanya bersifat sharring di posting ini; tapi kalau menang yaaa, seneng banget (^__^) Terima kasih SBL, Terima kasih Liverpool
“Tak peduli sejak kapan Anda mencintai klub kesayangan Anda; tapi sampai kapan kalian bisa setia! YNWA”
Karya: Fransiskus Xaverius Steven Danis
Peserta Sayembara SBL 08
Juara 2
Tak kenal maka tak sayang; maka dari itu izinkan saya untuk memperkenalkan diri terlebih dulu; ya harapannya sih nanti di sayang seluruh warga SBL (^__^)
Nama : Fransiskus Xaverius Steven Danis
TTL : Jakarta, 17 September 1995
Sedikit intro mengenai sejak kapan dan bagaimana saya mengenal, jatuh cinta, dan akhirnya “berpacaran” dengan Liverpool Football Club dan setia hingga sekarang..
Faktanya, Liverpool Football Club bukanlah klub pertama yang saya suka ! Dan, Ayah saya adalah seorang Manchunian . . . . . . Nah pasti kaget kan dengan testimony saya tersebut; namun bagaimana saya bisa mencintai Liverpool Football Club?
Ketika seorang kakak kelas memberikan saya poster Steven Gerrard, saya langsung suka dengan Liverpool dan saya ingat betul laga pertama yang saya tonton tak lain dan tak bukan adalah Final UEFA Champions League 2005 di Istanbul, Turki tentunya di televisi -,- bersama ayah saya..
“Seusai pertandingan itu; seorang Manchunian berkata kepada saya – Liverpool adalah musuh yang paling saya takuti!” Dan sejak itu saya menahbiskan diri sebagai seorang Liverpudlian; oohh iya.. FYI nih, klub pertama yang saya suka adalah Chartlon Athletic, dan itu waktu pertama kali saya nonton sepakbola di televisi.
Kini bagi saya, Liverpool Football Club bukanlah sekedar klub sepakbola, setelah suka dengan LFC saya akhirnya benar-benar “jatuh cinta” dengan sepakbola dan Liverpool Football Club, dan Puji Tuhan bisa setia sampai sekarang.. Ya! Judul diatas nampak memberikan jawaban lain diluar sepakbola.
Love. Fraternity. Charity
Saya 100% mencintai LFC secara originalitas dan kesadaran diri.. Bukan karbitan! Apalagi Glory Hunter belaka! Hehehehe..
LFC mengajarkan saya sebuah kekeluargaan yang erat; mereka secara tak langsung menunjukkan betapa eratnya Liverpudlian bukan sebagai fans mereka, tapi benar – benar sebagai bagian dari Liverpool Football Club. Kata “fraternity” atau Kekeluargaan ini, khususnya saya soroti ketika musim lalu.. Peringkat kedelapan memang yang terburuk di era Premier League! Tapi ajaib, tak ada satupun Liverpudlian yang “berpindah hati” bahkan justru terkesan kekeuh membela Liverpool walau sedang terpuruk.. FYI : Di sekolah saya, saya adalah satu-satunya murid di sekolah (bersama seorang guru) yang membela Liverpool, dan ini serius tidak bohong! Kami selalu diejek tiap kali hasil minor diterima The Reds, namun – YOU’LL NEVER WALK ALONE – kami tak pernah sedikitpun mengindahkan ejekan mereka, tetap kalem dan stay cool aja ^^
Selain itu, Liverpool juga tak jarang mengemban misi kemanusiaan dan saya pikir inilah yang membuat saya setia! Mereka tak hanya mengajarkan tentang sepakbola, tapi mereka (bersama sponsor) mengajak kita peduli pada sesame contohnya kampanye “Seeing is Believeing” yang sehari menjadi sponsor Steven Gerrard dkk. “menggantikan” Standard Chartered untuk membantu kebutaan anak-anak di dunia. LFC juga respek terhadap banyak peristiwa, Heysel dan Hillsborough adalah yang terbaik! Justice fo 96 adalah langkah baik untuk memperbaiki Hak Asasi.. (Bayangkan, tragedy itu bukan hanya soal sepakbola semata, tapi memang benar adanya bahwa pihak Kerajaan Inggris belum menuntut tuntas kasus itu)
Ya itulah semua.. Dan bagi saya yang terpenting sekarang Harapan melihat Liverpool kembali jaya di tanah sendiri dan di Eropa! Amin
Menilik skuad yang ada tahun ini (dan mengingat batas transfer pada 31 Agustus mendatang) saya sedikit realistis kita bisa kembali ke zona Liga Champions walau harus lewat kualifikasi.. Namun untuk menjuarai Liga Primer Inggris masih jauh dari kata sanggup. Realistis saja, taktik Brendan Rodgers dengan 4 – 3 – 3 belum cukup baik!
5 Last Fixtures of Liverpool :
- Pre-Season : Tottenham Hotspurs 0 v. 0 Liverpool FC (Draw)
- Europa League Qualifying : FC Gomel 0 v. Liverpool FC (Win)
- Pre-Season : Liverpool FC 3 v. 1 Bayer Leverkusen (Win)
- Europa League Qualifying : Liverpool FC 3 v. FC Gomel (Win)
- EPL : West Bromwich Albion 3 v. 0 Liverpool FC (Lose)
Sesungguhnya, kita belum menemui ritme yang pas dalam “era baru” dibawah gaffer Brendan Rodgers yang terbilang muda dan minim pengalaman. Selain itu mengubah kembali gaya bermain “Pass and Move” ala Shankly atau Paisley memang butuh waktu lama, karena pemain-pemain Liverpool sudah terbiasa dengan Rafalution ataupun gaya bermain yang tidak lebih konvensional ke-Inggris-an. Berikut skuad Liverpool yang terbaik menurut saya (setahu saya hanya ada 25 pemain yang didaftarkan ke FA, untuk pemain-pemain dibawah 20 tahun bebas dimasukkan ke dalam team)
Kiper : Jose Manuel Reina dan Brad Jones
Faktanya, dari ketiga kiper yang dimiliki; usianya kini sudah tak muda.. Ada beberapa pelapis seperti Martin Hansen dan Peter Gulasci yang juga bagus di Pre-Season, namun melihat ketangguhan Reina di baawah mistar menjadikannya tetap nomor satu. Agak disayangkan memang, kiper sekelas Brad Jones dibangku cadangkan. Bahkan keinginan saya adalah Brad Jones diberikan jam terbang lebih (Brendan bisa menerapkan system buka-tutup; untuk melawan tim-tim kelas wahid kita pakai Reina, dan untuk tim-tim kelas bawah kita pakai Brad Jones dibawah mistar) Untuk Doni, jujur saya kurang suka kiper yang satu ini.
Penilaian saya untuk Kiper adalah : 7/10
Bek Kanan : Glen Johnson dan Martin Kelly
Bek Kiri : Jose Enrique dan Jack Robinson
Saya kira mereka berempat kualitasnya tak bisa diragukan (kecuali Jack “Robbo” Robinson yang masih minim pengalaman) Bahkan untuk seterusnya, di reserve kita punya banyak pemain yang menjanjikan macam Jhon Flanagan dan Jordan Ibe ataupun Stephen Sama. Tapi tak diragukan bahwa posisi Glenjo dan Jose Enrique adalah dua wingback regular yang akan dipakai musim ini. Sistem buka-tutup pun bisa dipakai Brendan, jika melihat padatnya jadwal hingga gangguan badai cidera.
Penilaian saya untuk Bek Kanan dan Bek Kiri : 10/10
Bek Tengah : Daniel Agger, Sebastian Coates, Jamie Carragher, dan Martin Skrtel
Duet Agger-Skrtel pasti pas di lini central pertahanan. Melihat kekompokan dua pria bertatto ini yang membuat gawang Reina di musim lalu nampak susah ditembus lawan. Mereka berdua kompak dan memiliki kelebihan dalam menjangkau bola-bola udara. Minusnya, “Carragold” yang performanya menurun dimakan usia sudah bisa digantikan perannya oleh bek muda, Sebastian Coates. Namun untuk pengalaman memang duet Agger-Carragher atau Carragher-Skrtel dirasa pas menjalani kompetisi yang panjang, apalagi pilihan kedua lebih realistis melihat Daniel Agger kerap dirundung cidera. Kata salut untuk Carragher yang setia "memimpin" anak-anak muda di barisan sentral pertahanan menjadi seperti dirinya atau bahkan lebih tangguh darinya untuk Liverpool di kemudian hari..
Penilaian saya untuk Bek Tengah : 9/10
Sayap Kanan : Joe Cole dan Jordan Henderson
Sayap Kiri : Stewart Downing dan Oussama Assaidi
Walau mereka berempat dapat bertukar posisi sepanjang pertandingan, ini adalah posisi pas yang saya pakai di salah satu perangkat game. Dua nama “English Man” yang disebutkan diawal lebih memiliki kans yang baik di tim utama mereka memiliki tiga hal yang diperlukan bila bermain “Pass and Move” yakni Kecepatan, Pengalaman, serta Visi bermain yang jelas. Sementara kedua pemain pelapis memang menjadi kartu truff disaat-saat genting atau ketika pemain lainnya cidera, apalagi Joe Cole yang kerap cidera. Awalnya saya kurang setuju ketika Jordan Henderson dimainkan di posisi sayap, karena awalnya di Sunderland dan di tim nasional, Ia adalah seorang playmaker. Ya! Kapten timnas Inggris U-21 ini memang sebenarnya lebih cocok dijadikan “The Next Gerrard” untuk 3 – 4 tahun kedepan. Entah karena terlalu penuhnya lini tengah, sehingga Ia “dipaksa minggir” ke sisi sayap oleh Kenny Dalglish
Penilaian saya untuk Sayap Kanan dan Sayap Kiri : 6.5/10
Pemain Tengah : Steven Gerrard, Lucas, Joe Allen, Jay Spearing
Kemana Jonjo Shelvey dan Charlie Adam ? Secara fisik mereka memang ada di tim, namun saya pribadi kurang puas dengan kinerja mereka. Empat orang dirasa cukup untuk menjalani musim yang keras; namun kans mereka untuk masuk sebagai “ban serep” jelas terlihat bila ada salah satu dari empat nama regular itu cidera, dan nama yang saya masukkan adalah Jonjo Shelvey.. (nggak tau, kurang srek aja sama Adam, kasusnya sama seperti ketidaksukaan saya pada Doni) Hmmmm, dua pemain bertipe attacking dan playmaker yakni Steven Gerrard dan Joe Allen justru membuat lini tengah Liverpool adalah nyawa sesungguhnya! Apalagi, Captain Fantastic yang tak perlu diragukan lagi kapabilitasnya. Namun untuk defensive midfielder, Lucas dan Jay Spearing masih menyetuh kata cukup untuk mendampingi SG8 ataupun “The Welsh Iniesta”, Joe Allen. Saya yakin keempatnya memiliki karakter yang bisa saling membangun; tak peduli harus bermain 4 – 3 – 3 atau 4 – 2 – 2, Gerrard bisa digeser ke kanan, ataupun Allen ke kiri (hal yang saya lakukan di perangkat game) sehingga Lucas ataupun Jay Spearing dapat focus penuh di tengah.
Penilain saya untuk Pemain Tengah : 10/10
Lini Depan : Luis Suarez, Andy Carroll, Daniel Pacheco, Fabio Borini
“They are, enough!” itulah kata yang bisa saya ucapkan kepada mereka berempat dalam skuad Liverpool Football Club saat ini. Sorotan khusus pada Andy Carroll dan Daniel Pacheco tentu diberikan ketika mereka ingin menghapus keraguan publik Anfield terhadap mereka.. Pacheco yang “dibuang” lantaran kalah bersaing dengan Spaniard lain – Fernando Torres – mampu dibuktikan di Rayo Vallecano. Hal sama juga dibuktikan “Bang Gondrong” bersama timnas Inggris. Memang eks bintang Newcastle ini membuat gempar media ketika dengan “tangan kosong” member kontribusi berbeda di Liverpool. Saya rasa Dia masih canggung. Kredit tersendiri disematkan pada “El Pistolero” bilamana mengisi posisi di lini depan, dia bisa bermain disisi manapun tak peduli bermain dengan skema 4 – 3 – 3 ataupun 4 – 4 – 2. Bahkan sebagai striker bayanganpun Dia berfungsi baik, di posisi 4 – 4 – 1 – 1 ataupun 4 – 3 – 1 – 2. Fabio Borini juga sama dengan Suarez. Formasi yang sering saya gunakan di sebuah perangkat game adalah Suarez di kiri dan Borini di kanan, Pacheco dapat di posisi keduanya; sedangkan Andy Carroll digunakan sebagai finisher ditengah. Dengan badan tingginya, Ia bisa sebagai penyelesain umpan bola udara maupun pelontar umpan udara kepada dua winger yang akan menusuk ke dalam.
Penilaian saya terhadap Lini Depan : 9/10
Demikian posting dari saya; sekali lagi saya hanya bersifat sharring di posting ini; tapi kalau menang yaaa, seneng banget (^__^) Terima kasih SBL, Terima kasih Liverpool
“Tak peduli sejak kapan Anda mencintai klub kesayangan Anda; tapi sampai kapan kalian bisa setia! YNWA”
Karya: Fransiskus Xaverius Steven Danis
Peserta Sayembara SBL 08
Juara 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar