Rabu, 26 Januari 2011

the Man who Called HERO (KING KENNY)

20 tahun. Itulah waktu yang dibutuhkan bagi seorang Kenny Dalglish untuk kembali ke pekerjaan yang ia harap tidak pernah ia tinggalkan sebelumnya.
Dan sekarang Liverpool sepertinya akan menghadapi dilema terbaru. Di musim panas nantu terutama. Di hari yang hangat nanti, jika perkembangan mereka tidak begitu bagus, King Kenny akan kembali lagi kehilangan posisinya. Dan nama baru akan menerima tantangan berat di Anfield.

Dengan keluarnya Roy Hodgson secara resmi, Dalglish adalah caretaker idaman semua klub di dunia. Tapi di dalam pikirannya ini bukanlah sebuah pekerjaan sementara. Mantan pemain terbaik Liverpool ini sebelumnya diabaikan saat klubnya mencari pengganti Rafael benitez. Dan mereka memilih Hodgson -yang baru terpilih sebagai manager of the year. Dalglish punya urusan yang belum selesai di Anfield. Klub yang ia tinggalkan di tahun 1991 karena serangan stress.

John W. Henry dan para petinggi Pool lainnya sepertinya tidak melihat ini sebagai sebuah rencana jangka panjang. Jika memang iya, maka mereka sudah melakukannya sejak bulan Juli silam. Yang membuat Dalglish semakin tinggi di mata para suporter adalah: orang ini sudah mengalami penolakan di musim panas kemarin, namun tetap mau bertahan di Anfield dan membantu mengurusi urusan klub lainnya.

Memanggil kembali sang icon dari kerja di belakang meja ke pinggir lapangan membuat sang pemilik klub menjadi semakin populer di kalangan fans. Sesuatu yang tidak didapat di era sebelumnya. Hodgson dibuang, dan sangat masuk akal jika klub ini mencari seorang pelatih yang terakhir kali memberikan gelar mereka di tahun 1990 silam.

Untuk Dalglish, ini adalah kesempatan untuk kembali bergabung dengan Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger dalam posisi sebagai manajer paling senior di Liga. Misinya adalah memanajeri tim yang terpuruk ini dengan sangat baik, sehingga akan sangat mustahil bagi Henry untuk mengirimnya kembali ke akademi. Prospeknya? Sangat cerah.

Dalglish memulai pekerjaannya di Liverpool dengan posisi tim ini yang paling tendah semenjak tahun 1953-54 silam -saat mereka degradasi. Satu tempat di Liga Champions sudah terlihat nyaris tidak mungkin. Tapi kenaikan posisi di Liga -berapapun itu- bisa terlihat sebagai salah satu sinyal kebangkitan mereka.

Aroma nostalgia memang terasa sangat kental dengan kembalinya Dalglish di Anfield. Kurang dari 24 jam, ia sudah harus menghadapi musuh bebuyutannya di Old Trafford, Manchester United. Pool memang pulang dengan tangan hampa. Sebuah penalti dan kartu merah menghancurkan debutnya. Namun ada satu hal positif yang terlihat, penampilan Liverpool -meski hanya bermain 10 orang- menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Meski tersingkir, mereka menunjukkan sedikit harapan.

Ini menjadi modal penting bagi Dalglish dalam membangun rezimnya kembali. Mungkin saat ini posisinya hanyalah seorang caretaker. Pelatih sementara. Tapi jelas, saat musim ini berakhir nanti, targetnya adalah memenangkan hati sang pemilik dan menjadikan dirinya pelatih permanen. Pemain dan para fans? Sepertinya King Kenny tidak perlu khawatir untuk hal ini. Ia sudah mendapatkan cinta dari keduanya.
Perjalanannya memang dibatasi hanya hingga kurang-lebih enam bulan ke depan. Tapi akan tetap menarik menantikan bagaimana Liverpool mampu berkembang di bawah manajer yang benar-benar mereka sukai. Potensi kebangkitan sudah di depan mata. Dan kita nantikan apakah Dalglish mampu menjaga momentum ini.

Best regard
Oudhy Manuputty 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar